Lembayung minggu pagi bersama semburat pekatnya kopi
Tandas akhirnya dengan The Birdwoman's Palate. Begitu panggilannya ketika disadur dengan bahasa yang telah dipakai oleh lebih dari 1.5 Miliar manusia di seluruh dunia. Yang semakin hari semakin menjadi bahasa kedua atau bahkan di beberapa sudut di nusantara, menjadi bahasa yang harus dikuasai. Dikuasai saja, jangan sampai diserap. Diseduh. Jangan.
Jika diucapkan dengan cara lokal menjadi Aruna dan Lidahnya.
Salah satu kata yang begitu membekas adalah Lembayung. Kata lain adalah bernas. Yang pertama, sudah ada di judul dengan mungkin agak kepanjangan. Yang kedua, belum. Tapi lamat-lamat, terdengar seperti sebuah koran, atau yang sekarang sudah jadi salah satu media digital. Tapi apa maknanya? Nanti saja berselancarnya.
Beberapa bagian terakhir dari sekumpulan percakapan yang sangat asik itu tandas di akhir minggu. Eh, minggu itu di awal atau di akhir dari satu minggu? Di awal kah? oh. Akhir ya? Karena senin lebih penggerutu dari Minggu. Kok? Karena orang-orang selalu menyanjungnya. Membuatnya populer. Kalo udah gitu, gimana enggak jadi penggerutu? Atau mungkin lebih arogan? Tidak. Senin tidak se-arogan itu. Dia masih sedikit rendah hati. Ya mungkin karena penggerutunya itu. Dia tau, kapan harus menjadi rendah hati.
Entah Minggu atau Senin yang penggerutu itu yang jadi awal atau akhir dari satu minggu, pagi itu, salah satu karya baik dari Laksmi Pamuntjak telah tandas.
Renyah. Sarkas. Satir. Dan menguras energi dan tenaga. Secangkir kopi hangat yang gagangnya sudah tercabik pun cukup sebagai teman.
Di pagi itu mungkin juga sebagai tanda. Setelah sekian lama setumpuk kertas yang terdiferensiasi antara satu dengan yang lainnya hanya melalui rangkaian beberapa huruf di pembungkusnya itu, belum tersentuh, akhirnya minggu pagi itu tersentuh. Diperhatikan.
Di pagi itu mungkin juga sebagai tanda. Di hari-hari berikutnya, mereka akan lebih banyak mendapat perhatian. Lebih banyak mendapat sentuhan. Bukan lagi tertumpu kepada tas cangklong samping yang terkadang termampatkan dan sebenarnya membutuhkan ruang yang lebih besar. Bukan lagi tertumpu kepada sepatu vans butut yang sudah hampir empat tahun lalu dan sempat di re-color. Bukan lagi tertumpu kepada nota-nota dan bon-bon yang telah bersarang dan telah dikumpulkan sedemikian rupa.
Di pagi itu mungkin juga sebagai tanda. Perkara yang lebih menyenangkan atau tidak lebih menyenangkan sangat tidak adil jika diputuskan oleh diri. Tetapi jauh lebih dari itu. Diri, lingkungan, dan hal-hal yang lebih situasional.
Terima kasih.
Selamat datang, tumpukan kertas-kertas dengan bau yang sangat menggoda itu!
Jika diucapkan dengan cara lokal menjadi Aruna dan Lidahnya.
Salah satu kata yang begitu membekas adalah Lembayung. Kata lain adalah bernas. Yang pertama, sudah ada di judul dengan mungkin agak kepanjangan. Yang kedua, belum. Tapi lamat-lamat, terdengar seperti sebuah koran, atau yang sekarang sudah jadi salah satu media digital. Tapi apa maknanya? Nanti saja berselancarnya.
Beberapa bagian terakhir dari sekumpulan percakapan yang sangat asik itu tandas di akhir minggu. Eh, minggu itu di awal atau di akhir dari satu minggu? Di awal kah? oh. Akhir ya? Karena senin lebih penggerutu dari Minggu. Kok? Karena orang-orang selalu menyanjungnya. Membuatnya populer. Kalo udah gitu, gimana enggak jadi penggerutu? Atau mungkin lebih arogan? Tidak. Senin tidak se-arogan itu. Dia masih sedikit rendah hati. Ya mungkin karena penggerutunya itu. Dia tau, kapan harus menjadi rendah hati.
Entah Minggu atau Senin yang penggerutu itu yang jadi awal atau akhir dari satu minggu, pagi itu, salah satu karya baik dari Laksmi Pamuntjak telah tandas.
Renyah. Sarkas. Satir. Dan menguras energi dan tenaga. Secangkir kopi hangat yang gagangnya sudah tercabik pun cukup sebagai teman.
Di pagi itu mungkin juga sebagai tanda. Setelah sekian lama setumpuk kertas yang terdiferensiasi antara satu dengan yang lainnya hanya melalui rangkaian beberapa huruf di pembungkusnya itu, belum tersentuh, akhirnya minggu pagi itu tersentuh. Diperhatikan.
Di pagi itu mungkin juga sebagai tanda. Di hari-hari berikutnya, mereka akan lebih banyak mendapat perhatian. Lebih banyak mendapat sentuhan. Bukan lagi tertumpu kepada tas cangklong samping yang terkadang termampatkan dan sebenarnya membutuhkan ruang yang lebih besar. Bukan lagi tertumpu kepada sepatu vans butut yang sudah hampir empat tahun lalu dan sempat di re-color. Bukan lagi tertumpu kepada nota-nota dan bon-bon yang telah bersarang dan telah dikumpulkan sedemikian rupa.
Di pagi itu mungkin juga sebagai tanda. Perkara yang lebih menyenangkan atau tidak lebih menyenangkan sangat tidak adil jika diputuskan oleh diri. Tetapi jauh lebih dari itu. Diri, lingkungan, dan hal-hal yang lebih situasional.
Terima kasih.
Selamat datang, tumpukan kertas-kertas dengan bau yang sangat menggoda itu!
Comments
Post a Comment